Hanembah Maring Gusti Allah

++++ Generasi Muda Untuk Bangsa ++++ Selamatkan Generasi Muda dari NARKOBA ++++

Fenomena hujan Dalam Al-Qur’an

Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Alloh menurunkan air dari langit, maka diaturNya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikanNya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. (QS.Az-Zumar:21)

Hujan merupakan anugerah yang diberikan Alloh SWT bagi semua makhluk. Tetesan air yang turun dari langit ini menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Berkat kekuasaan Alloh, setiap saat miliaran liter air berpindah dari laut menuju atmosfer lalu kembali lagi menuju daratan. Kehidupan pun bergantung pada daur ini. Harun Yahya dalam The Signs in The Heavens and the Earth for Men of Understanding menjelasan kekuasaan Alloh dalam menciptakan hujan. Ia membuktikan kebenaran dan kesesuaian Al-Quran yang menjelaskan fenomena hujan ini dengan sains modern. ”Andai manusia mencoba mengatur daur di alam semesta, maka tak akan pernah berhasil, walaupun mengerahkan semua teknologi yang ada di bumi,” paparnya. Tanpa harus menggunakan biaya dan teknologi, makhluk hidup di bumi bisa menikmati air melalui proses penguapan. Setiap tahun 45 miliar liter kubik air menguap dari lautan. Air ini dibawa angin melintasi daratan dalam bentuk awan dengan 3-4 miliar liter air dimanfaatkan manusia. Untuk itulah Al-Quran mengajak manusia mensyukuri hujan sebagai karunia yang diberikan Alloh. Dalam surat Al-Waaqi’ah: 68-70, Alloh berfirman,”Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur.” Surat Az-Zukhruf ayat 11 mendefinisikan hujan sebagai air yang dikirimkan dengan ”menurut kadar’’. Dalam ayat itu Alloh berfirman, ”Dan Yang menurunkan air langit menurut kadar (yang diperlukan).” Harun Yahya menjelaskan bahwa firman Alloh SWT itu sangat sesuai dengan hasil kajian ilmu pengetahuan modern. Hujan turun ke bumi dengan takaran yang tepat antara lain berhubungan dengan ukuran kecepatan turunnya. Menurut Harun, benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan, bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter, akan mengalami percepatan terus menerus dan akan sampai di bumi dengan kecepatan 558 km/jam. ”Akan tetapi untuk hujan rata-rata kecepatan jatuhnya hanyalah 8-10 km/jam.” Air hujan jatuh ke bumi dengan kecepatan rendah ini disebabkan karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang mampu meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan rendah. Harun menuturkan, ”Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tak memiliki sifat gesekan, maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap hujan turun.” Ia menambahkan, dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi. Jumlah itu, ungkap Harun, sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. ”Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505×1.012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takarannya tersebut.” Yang tak kalah menarik untuk dicermati, Alquran menjelaskan bahwa air hujan adalah ”tawar”. Dalam surat Al Waaqi’ah ayat 68-78, Alloh SWT secara tak langsung Alloh SWT telah menyatakan bahwa air hujan yang dinikmati umat manusia rasanya tawar. ”…Kalau Kami kehendaki, niscaya kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” Secara tegas dalam surat Al-Mursalat ayat 27, penjelasan tentang air tawar dijelaskan. ”…dan Kami beri minim kamu dengan air yang tawar.” Tak hanya tawar, air yang diturunkan Alloh SWT pun dijamin bersih. Dalam surat Al Furqan ayat 28, Alloh SWT berfirman,”… Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.” Ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan kebenarannya berdasarkan sains. Seperti diketahui, 97 persen air hujan berasal dari penguapan air laut yang asin. Lalu mengapa ketika turun ke bumi dalam bentuk air hujan menjadi tawar? Harun menuturkan, air hujan bersifat tawar karena adanya hukum fisika yang telah ditetapkan Alloh. ”Berdasarkan hukum ini, dari manapun asal penguapan air, baik dari laut yang asin, dari danau yang mengandung mineral, atau dari dalam lumpur, air yang menguap tidak pernah mengandung bahan lain,” paparnya. Harun mengungkapkan, air hujan akan jatuh ke tanah dalam keadaan murni dan bersih, sesuai ketentuan Alloh yang telah dijelaskan dalam surat Al Furqan di atas. Kebenaran Al-Quran juga telah diakui para scientist Barat. Prof. Alfred Kroner, guru besar Departemen Geosains Universitas Mainz, Jerman, mengaku terkagum-kagum dengan isi Alquran yang mampu menjelaskan asal mula terbentuknya alam semesta. “Jika memikirkan dari mana Muhammad berasal, saya berpikir hampir tak mungkin dia telah mengetahui banyak hal tentang asal mula alam semesta,” paparnya. Atas dasar itu, Prof Kroner juga meyakini bahwa Alquran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah firman yang berasal dari Tuhan. Hal senada diungkapkan Prof Yushidi Kusan, direktur Observatorium Tokyo, Jepang. “Saya sangat terkesan dengan fakta-fakta astronomi dalam Alquran yang terbukti kebenarannya. Kami, para astronom modern, baru mempelajari secuil saja tentang alam semesta.” ungkapnya. “Dengan membaca Alquran dan menjawab pertanyaan, saya kira, saya dapat menemukan jalan di masa depan untuk menginvestigasi alam semesta.” Kalangan ilmuwan telah meneliti proses terbentuknya awan dan bagaimana hujan terjadi. Secara ilmiah, saintis memaparkan proses terjadinya hujan dimulai dari awan yang didorong angin. Awan Cumulonimbus terbentuk ketika angin mendorong sejumlah awan kecil ke wilayah awan itu bergabung hingga kemudian terjadi hujan. Tentang fenomena pembentukan awan dan hujan itu, Al-Quran menjelaskannya secara akurat dalam surat An-Nur ayat 43. ”Tidaklah kamu melihat Alloh mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya…” Menurut Harun Yahya, manusia baru mengetahui tahapan pembentukan hujan setelah radar cuaca ditemukan. Namun, Alquran telah menjelaskan secara detail pada 14 Abad yang lalu. Berdasarkan pengamatan radar, pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. ”Pertama, pembentukan angin. Kedua, pembentukan awan dan ketiga, turunnya hujan.” Jauh sebelum manusia mengetahui itu, Alloh SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 48 berfirman, “Alloh, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Alloh membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” Ayat itu sangat sesuai dengan pantauan radar cuaca. Tahap pertama pembentukan hujan dijelaskan lewat , ”Alloh, Dialah yang mengimkan angin…” Tahap kedua dijelaskan dalam, ”…lalu angin itu menggerakkan awan dan Alloh membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…” Tahap ketiga, ”…lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya.” Sungguh Alloh Mahakuasa atas segala sesuatu.
 
Copyright Cangkrukan NengRat_an © 2010 - All right reserved - Using Blueceria Blogspot Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.| ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free