Hanembah Maring Gusti Allah

++++ Generasi Muda Untuk Bangsa ++++ Selamatkan Generasi Muda dari NARKOBA ++++

Keratitis

Konjungtiva ada 2 macam = bulbar dan tarsal (palpebral). Termasuk mata merah tanpa penurunan visus jika tidak mengenai kornea. Jika kena kornea = keratokonjungtivitis; penglihatan bisa turun jika lesi di sentral kornea.
Gejala utama yang umum ditemukan di semua konjungtivitis (HELEP = hyperemia, epiphora, lymphadenopathy, exudation, and pseudoptosis)
  • Mata merah dengan injeksi konjungtiva (mata merah tidak di perilimbal, melainkan difus)
  • Lakrimasi atau epifora (mata berair)
  • Eksudasi (belekan)
  • Pseudoptosis (mata susah dibuka bukan karena saraf, tapi karena infiltrat pada otot Muller)
  • Limfadenopati preaurikular.
Klasifikasi konjungtivitis
1. Konjungtivitis infektif
a. Konjungtivitis bakterialis
b. Konjungtivitis gonorea dan oftalmia neonatorum
c. Konjungtivitis viral nonspesifik
d. Konjungtivitis herpes simpleks
e. Konjungtivitis fungal
f. Konjungtivitis parasitik (loaiasis, askariasis, ftiriasis, taeniasis, skistosomiasis, trikinosis, dan myiasis)
g. Trakoma
2. Konjungtivitis noninfektif
a. Konjungtivitis vernal
b. Konjungtivitis fliktenularis
c. Konjungtivitis sicca
 

Konjungtivitis bakterial ditandai sekret yang purulen, kadang-kadang hiperakut disertai kemosis (pada gonorea) bisa menyebar sistemik dan jadi sepsis. Penyebab lainnya Haemophilus influenza, Escherichia coli, dan Proteus sp.
 

Pemeriksaan penunjang 
Pewarnaan Gram terhadap sekret konjungtiva.
 

Terapi 
Biasanya self limited. Antibiotik tergantung identifikasi mikrobiologik. Untuk gonorea perlu diobati segera agar infeksi tidak menyebar ke mana-mana dan jangan sampai perforasi kornea; dengan topikal (salep
antibiotik polimiksin-trimetoprim) + sistemik (seftriakson 1 gram intramuskuler). Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh berbagai macam virus (adenovirus 3-4-7)– sering berkaitan dengan
demam dan faringitis. Sifatnya self-limited. Konjungtivitis epidemika sering disebabkan adenovirus tipe 8-19-29-37.

 
Gejala kurang spesifik 
Mata bengkak, merah, berair, sakit, dan tidak simetris. Kadang ada pseudomembran. Berkaitan dengan diare viral, faringitis, otitis, dan infeksi lainnya. Terapi hanya simtomatik dengan kompres; karena juga self-limited. Jangan diberi steroid.
Konjungtivitis viral spesifik herpes disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 (tipe 2 pada bayi). Sakit mata bersifat unilateral dengan injeksi konjungtiva, fotofobia, iritasi; dengan vesikel-vesikel hiperemis pada sekitar mata. Jika dibiarkan dapat menjadi keratokonjungtivitis herpes yang menimbulkan ulkus dendritik kornea. Terapi dengan asiklovir salep 3% 5 kali sehari selama 7-10 hari atau minum asiklovir 5 kali 400 mg selama 1 minggu. TIDAK BOLEH DIBERI STEROID.

 
Trakoma
Disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Infeksi mengenai konjungtiva palpebral dan bulbi.
Kriteria diagnostik
1. Ada 5 atau lebih folikel di konjungtiva palpebral.
2. Scar konjungtiva pada tarsal superior (entropion + trikiasis)
3. Pannus pada konjungtiva bulbi.
4. Herbert pit pada folikel daerah limbus.
 

Komplikasi
Entropion + trikiasis, simblefaron, xerosis, infeksi sekunder bakteri. Terapi dengan tetrasiklin atau doksisiklin, atau eritromisin (untuk anak-anak); pada masa infeksi aktif. Konjungtivitis vernal merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I pada konjungtiva, sering ditemukan pada orang muda yang alergi polen. SANGAT GATAL! 
Ada 2 tipe yaitu palpebral (giant papils / cobblestone) dan limbal (tantras dot). Jika dibiarkan papil bisa membuat shield ulcers kornea. Terapi dengan steroid saja (tidak usah antihistamin!), atau jika gagal diterapi dengan mast cells stabiliser atau siklosporin. Jika ada ulkus, terapi dengan
graft amnion.
Konjungtivitis fliktenularis adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap penyakit granulomatosa
(misalnya cacingan atau TB) atau gizi buruk. Tidak begitu gatal. Tanda: tonjolan bulat kuning pada konjungtiva + pelebaran pembuluh darah. Terapi dengan steroid lokal dan obati juga penyakit yang mendasari.
Konjungtivitis sicca berkaitan dengan penyakit autoimun (sindrom Sjoergen = trias konjungtivitis sicca,
artritis, dan xerostomia); sering pada wanita menopause.

 
Tanda
Injeksi konjungtiva, nyeri pada siang dan sore hari; dengan hasil uji Schirmer abnormal. Terapi dengan air
mata buatan, kamar uap, atau steroid dosis kecil.
 
Keratitis umumnya mengganggu penglihatan jika terletak di sentral. Ada 2 tipe = infektif dan noninfektif. Klasifikasinya rata-rata sama dengan konjungtivitis (lihat di bagian konjungtivitis). Bagaimana membedakan keratitis infektif berdasarkan penyebab?
















Orang yang berisiko kena keratitis:
  • Ada riwayat trauma.
  • Pemakai lensa kontak (baru pakai tidak tahu caranya; atau sudah lama pakai tapi tidak tahu cara merawatnya).
  • Pakai tetes mata steroid dalam waktu yang lama.
  • Riwayat mata merah dan mata buram hilang timbul.
  • Kadang mata silau, berair, belekan, dan kelilipan


Tanda yang ditemukan KORNEA KERUH, VISUS TURUN, dan INJEKSI SILIAR dengan palpebra hiperemis. Keratitis noninfektif yang penting yaitu keratitis punctata dan ulkus Mooren.
 

Terapi keratitis
Medikamentosa
1. Terapi kausal sesuai penyebab
a. Bakteri: salep sefuroksim-gentamisin atau salep siprofloksasin
b. Herpes: salep asiklovir 3% tiap 4 jam
c. Herpes zoster: minum asiklovir 5 kali 800 mg selama 7-10 hari. Ditambah analgesik per oral dan steroid.
d. Jamur: salep natamisin 5% tiap 1-2 jam
e. Acanthamoeba: poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep klorheksidin glukonat 0.02%.
2. Sikloplegik atau midriatikum
3. Antiglaukoma peroral untuk mencegah komplikasi
4. Steroid topikal (tapi tidak untuk ulkus!)
Nonmedikamentosa
1. Patching pelindung
2. Debridemen jaringan nekrosis
3. Terapi laser untuk nekrotomi
4. Keratoplasti jika kerusakan sudah berat

 
Ulkus Mooren
Ulkus Mooren jarang ditemukan dan termasuk salah satu keratitis ulseratif perifer akibat proses autoimun. Berkaitan dengan hepatitis C. Bentuk ulserasi biasanya seperti bulan sabit di limbus dengan infiltrat kekuningan di pinggirnya. Ada 2 macam tipe:
1. Tipe limited: unilateral, sering menyerang orang tua (>40 tahun), dan prognosisnya lebih baik.
2. Tipe resisten: bilateral, sangat nyeri, sering menyerang orang muda, dan prognosis buruk.

 
Penatalaksanaannya:
1. Terapi lokal dengan kortikosteroid topikal diikuti reseksi konjungtiva, dengan siklosporin topikal, atau injeksi heparin subkonjungtiva.
2. Terapi imunosupresi sistemik (siklofosfamid, azatioprin) baru diberikan jika reseksi gagal atau penyakit termasuk tipe resisten.
3. Operasi keratoplasti lamelar, epikeratoplasti, atau pembuatan flap.
 
 
Copyright Cangkrukan NengRat_an © 2010 - All right reserved - Using Blueceria Blogspot Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.| ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free