Bayi yang terlahir dengan bibir sumbing harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang sumbing, masih ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial. Masalah-masalah ini sama pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada akhirnya hasil fungsional yang baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh masalah-masalah tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang komprehensif dapat diberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja. Diperlukan tenaga spesialis bidang kesehatan anak, bedah plastik, THT, gigi ortodonti, serta terapis wicara, psikolog, ahli nutrisi dan audiolog.
Saat paling optimal untuk melakukan operasi repair sumbing sebenarnya masih kontroversial. Beberapa pusat penanganan sumbing memilih melakukan operasi pada periode neonatus dini, dengan manfaat teoretis : kemampuan adaptasi penampakan jaringan parut lebih baik, sehingga meminimalisasikan kelainan hidung. Beberapa pusat penanganan sumbing yang lain, dengan alasan untuk meminimalisasikan resiko efek samping anestesi umum, bertahan dengan the rule of ten : yaitu melakukan operasi repair sumbing pada anak dengan berat badan 10 lb (5 kg), usia 10 minggu dan kadar hemoglobin darah 10 g. Secara umum, operasi perbaikan sumbing bibir dilakukan pada usia bayi 2 – 4 bulan; dengan begitu resiko efek samping anestesia lebih rendah, bayi sudah lebih kuat menghadapi stress operasi, serta ukuran elemen bibir sudah lebih besar sehingga rekonstruksi dapat dilakukan dengan lebih rapi dan akurat. Jika celah pada bibir sumbing lebar, terkadang diperlukan suatu alat orthodonti terlebih dahulu untuk menunjang keberhasilan operasi.