Irritable bowel syndrome merupakan kelainan fungsional traktus gastrointerstinal yang ditandai dengan nyeri abdomen dan adanya perubahan bowel habit namun tidak didapatkan kelainan organ yang spesifik.
IBS bukan merupakan diagnosis. Tidak ada gangguan motilitas yang spesifik atau struktur organ yang secara konsisten berhubungan dengan sindroma ini, jadi IBS merupakan gejala klinik dari suatu penyakit. Manning menetapkan 6 kriteria untuk membedakan IBS dari penyakit usus besar organik. Meskipun demikian kriteria ini tidak sensitive dan tidak spesifik serta tidak dapat disndalkan pada pasien pria.
Kriteria Manning:
-
Onset dari nyeri berhubungan dengan frekwensi buang air besar
-
Onset dari nyeri berhubungan dengan buang air besar
-
Nyeri berkurang dengan defikasi
-
Perut yang kembung (distended)
-
Perasaan buang air besar tidak tuntas lebih dari 25 %
-
Mucorrhea lebih dari 25%
Kriteria Rome memberikan standar diagnosis untuk penelitian dan proses klinik. Untuk menegakkan kriteria IBS setudaknya pasien harus memenuhi gejala-gejala berikut secara kontinous atau rekuren sedikitnya selama 3 bulan dalam 1 tahun.
Patofisiologi
Patofisiologi IBS mencakup 3 hal yaitu perubahan motilitas Gastrointestinal tarct, hiperalgesia viseral dan psikopatologi.
-
Penggembungan rectosigmoid dan usus kecil menyebabkan rasa nyeri dengan intensitas yang rendah (low volumes). Hipersensitivitas timbul denagn distensi yang cepat bukan gradual
-
Pasien biasanya mendeskripsikan nyeri sesuai denagn daerah dermatom sebagai referred pain
-
Sensitisasi jalur nocireseptor arrerent usus yang bersinaps di dorsal horn dari spinal cord menjelaskan mekanisme diatas
Psikopatologi
-
Inflamasi mikroskopic
-
Inflamasi pada colon dan usus kecil ditemukan pada pasien IBS dan pasien postinfecsi IBS. Faktor resiko terjadinya postinfeksi IBS meliputi wanita, durasi sakit yang lama, tipe patogen penyebab, tidak ada muntah, dan usia muda.
-
Dari hasil biopsi didapatkan infiltrasi lymposit pada plexus myenteric dan intraepitel. Degenerasi nueron pada plexus myenterik dapat ditemukan pada beberapa pasien.
-
Sel enteroendokrin pada postinfeksius IBS mensekresi lebih banyak serotonin, meningkatkan sekresi colon dan akhirnya menyebabkan diare.
Mortalitas dan morbiditas
- Merupakakn kondisi cronik yang sering relaps. IBS tidak meningkatkan resiko terjadinya IBD dan kanker
- Morbiditas berhubungan dengan nyeri abdomen dan modifikasi livestyle sehubungan denagn perubahan bowel habit
Ras
Sex
Usia
-
Biasanya pasien memiliki riwayat nyeri perut dan perubahan bowel habit pada saat masa anak-anak.
-
Kurang lebih 50% orang dnegan IBS mengalami gejala sebelum usia 35 tahun.
-
Gejala yang muncul pada usi 40 tahun tidak menyingkirkan diagnnosa IBS namun kelaiann organic sebagaiu underlying diseses harus ditemukan.
Klinik
Konstipasi: keluhan BAB keras, kecil-kecil, nyeri atau defekasi yang tidak teratur dan dengan pemberian laxan gejala tidak berkurang
-
Diare: biasanya ditandai denagn volume yang sedikit dan defekasi yangsering an tidak dapat ditahan.
-
bAB setelah makan
-
perubahan kebiasaan sering terjadi. Gela yang dominan berbeda-beda dari setiap pasien
-
Nyeri dirasakan diffuse tanpa penjalaran. Lokasinya biasanya pada abdomen bagian bawah terutama kuadran kiri bawah
-
Episode akut dan nyeri tajam diantara nyeri tumpul
-
Makna akan mencetuskan nyeri dan defekasi akan mengurangi nyeri
-
Nyeri diduga berasal dari timbunan gas pada daerah flexus spenicus . jika hal ini terjadi maka harus dibedakan denagn nyeri dda anterior atau nyeri perut kanan atas.
-
Abdominal distension
-
Pasien sering kali mengeluh kembung dan penuh.
-
Pasien denagn IBS akan tampak peningkatan lingkar abdomen sepanjang hari, dan dapat diperkiran
-
Mucorrhea yang jernih atau berwarna putih jika etiologinya noninflamasi
-
Gejala noncolon dan ekstraintestinal
-
Secara epidemiologi berhubungan dengan dispepsia, heart burn, mual, muntah dan disfungsi seksual (termasuk dispareunia dan penurunan libido), dan peninhkatan frekuensi BAK dan urgency.
-
Gejala memburuk pada saat menstruasi
-
Fibromyalgia
-
Gejala yang tidak tetap harus diwaspadai karena kemungkinan terdapat kelainan organik. Gejala yang tidak berhubungan berkaitan denagn IBS adalah sebagai berikut:
-
Onset terjadi pada usia pertengahan atau lebih tua
-
Gejala yang akut: IBS merupakan sindroma yang bersifat kronik
-
Gejalanya progressif
-
Nocturnal symptom
-
Anorexia atau penurunan berat badan
-
Demam
-
Perdarahan perrectal
-
Diare degan nyeri perut
-
Steatorrhea
-
Lactose intolerance
-
Gluten intolerance
-
Gejala yang berhubungan dengan sterss psikologik:
-
Gejala ini akan tampak denag pertanyaan yang terliti
-
Tekankan untuk menghindari faktor pencetus stres
Pemeriksaan Fisik
Penyebab: sedikit diketahui
-
Hiperaktifitas dari otot colon dan operubahan neuronal serta perubahan imun colon dan usus halus setelah gastroenteritis
-
Faktor psikologis berperan pada pasien denagn IBS yang terjadi postinfeksi
-
Penyakit psikologis akan menyebabkan proinflamasi dari sitokin, hal ini menunjukkan mekanisme IBS setelah infeksi akut r=tidak dapat dijelaskan
-
Aktivasi glutamat melalui resptor NMDA akan mengaktivasi sintesis nitric oxide, mengaktifkan resepton neurokin dan menginduksi calcitonin gene releted peptide.
-
Sisitem limbic dalam menyeimbangkan antara respon emosi dan otonomik akan meningkatkan motilitas bowel dan menurunkan motilitas gaster. Pada pasien IBS kerja sisitem limbic dalam pengaturan ini terjadi secara berlebihan.
-
Axis hipotalamus-hipofise kemungkinan ikut terlibat. Gangguan motilitas dapat disamakan denagn penongkatan produksi CRF oleh hipotalamus sebagai respon terhadap stress. Antagonis CRF akan menurunkan perubahan ini.
Diffrential diagnosa
-
Bacterial overgrowt syndrome
-
Kolic biliar
-
Celiac sprue
-
Cronic mesenteric ischemia
-
Colon cancer, adenocarsinoma
-
Diverticulitis
-
Hypercalcemia
-
Hyperthiroidism
-
Hipothiroidism
-
Infammatory bowel disease
-
Lactose intolerance
-
Cronic pankreatitis
-
Peptic ulcer diease
-
acute intermitten Porporia
Pemeriksaan penunjang
-
Lab
-
Hematologi: CBC, Hemoccult
-
Microbiologic: telur dan parasit, bakteri enteric pathogen, leokosit, toxin clostridium difficile
-
Tes lainnya: tes toleransi laktosa atau tes hydrogen breath, tes fungsi tiroid, serum calsium, LED atau C-reactive protein, serologi atau bowel biuopsi.
-
H2 breath tes untuk menyingkirkan overgrowth bakteri harus dsipertimbangkan pad apasien dengan keluhan utana diare.
-
Imaging
Penatalaksanana
-
Medical care
-
Konsultasi
-
Diet:
-
Suplemen serat akan meningkatkan gejala konstopasi dan diare. Terapi bersifat individual karena beberapa pasien menunjukkan kembung dan distensi abdomen yang tiba tiba denagn asupan serat yang tinggi
-
Dat menunjukkan gejala berkurang dengan pemberian plecebo
-
Intake air yang seimbang untuk pasien denagn gejala utam konstipasi sangat dianjurkan
-
Hindari cafeein
-
Hgindari legume
-
Pengobatan