Hanembah Maring Gusti Allah

++++ Generasi Muda Untuk Bangsa ++++ Selamatkan Generasi Muda dari NARKOBA ++++

Irritable Bowel Syndrome

Irritable bowel syndrome merupakan kelainan fungsional traktus gastrointerstinal yang ditandai dengan nyeri abdomen dan adanya perubahan bowel habit namun tidak didapatkan kelainan organ yang spesifik.
IBS bukan merupakan diagnosis. Tidak ada gangguan motilitas yang spesifik atau struktur organ yang secara konsisten berhubungan dengan sindroma ini, jadi IBS merupakan gejala klinik dari suatu penyakit. Manning menetapkan 6 kriteria untuk membedakan IBS dari penyakit usus besar organik. Meskipun demikian kriteria ini tidak sensitive dan tidak spesifik serta tidak dapat disndalkan pada pasien pria.
Kriteria Manning:
  • Onset dari nyeri berhubungan dengan frekwensi buang air besar
  • Onset dari nyeri berhubungan dengan buang air besar
  • Nyeri berkurang dengan defikasi
  • Perut yang kembung (distended)
  • Perasaan buang air besar tidak tuntas lebih dari 25 %
  • Mucorrhea lebih dari 25%
Kriteria Rome memberikan standar diagnosis untuk penelitian dan proses klinik. Untuk menegakkan kriteria IBS setudaknya pasien harus memenuhi gejala-gejala berikut secara kontinous atau rekuren sedikitnya selama 3 bulan dalam 1 tahun.
  • Nyeri abdomen atau abdominal discomfort yang ditandai dengan:
    • Berkurang dengan defikasi
    • Berhubungan dengan perubahan frekwensi BAB
    • Berhubungan denagn perubahan konsistensi faeces

  • Gejala lain yang menyertai:
  • Perubahan frekwensi BAB
  • Perubahan bentuk faces
  • Perubahan stool passage
  • Mucorrea
  • Perut kembung (distended) atau gejala subjektif (kembung)

Patofisiologi
Patofisiologi IBS mencakup 3 hal yaitu perubahan motilitas Gastrointestinal tarct, hiperalgesia viseral dan psikopatologi.
  • Perubahan motilitas GIT meliputi kelainan pada motilitas usus kecil dan usus besar.
    • Aktivitas myoelectric colon terdiri dari gerakan lambat kearah belakang dengan superimposed spike potensial. Manifestasi dismotilitas colon pada IBS adalah variasi dalam frekwensi pergerakan lambat dan tumpul, puncak yang terlambat, respon postpandrial dari spike potensial. Keadaan ini lebih sering bermanifestasi sebagai diare.
    • Dismotilitas usus kecil yang menyebabkan transit makan menjadi lama menimbulkan gejala konstipasi. Sebaliknya yang menyebabkan transit makannan menjadi cepat menimbulkan gejala diare
    • Gangguan motilitas ini dapat juga mengenai otot halus ditempat lain. Misalnya pada traktus urinarius dimana terdat gejala rekuensi, urgensi, nokturi dan hipersensitiv terhadap perubahan methacolin

  • Hiperalgesia viseral
  • Penggembungan rectosigmoid dan usus kecil menyebabkan rasa nyeri dengan intensitas yang rendah (low volumes). Hipersensitivitas timbul denagn distensi yang cepat bukan gradual
  • Pasien biasanya mendeskripsikan nyeri sesuai denagn daerah dermatom sebagai referred pain
  • Sensitisasi jalur nocireseptor arrerent usus yang bersinaps di dorsal horn dari spinal cord menjelaskan mekanisme diatas
  • Psikopatologi
  • Inflamasi mikroskopic
  • Inflamasi pada colon dan usus kecil ditemukan pada pasien IBS dan pasien postinfecsi IBS. Faktor resiko terjadinya postinfeksi IBS meliputi wanita, durasi sakit yang lama, tipe patogen penyebab, tidak ada muntah, dan usia muda.
  • Dari hasil biopsi didapatkan infiltrasi lymposit pada plexus myenteric dan intraepitel. Degenerasi nueron pada plexus myenterik dapat ditemukan pada beberapa pasien.
  • Sel enteroendokrin pada postinfeksius IBS mensekresi lebih banyak serotonin, meningkatkan sekresi colon dan akhirnya menyebabkan diare.
  
Mortalitas dan morbiditas
  • Merupakakn kondisi cronik yang sering relaps. IBS tidak meningkatkan resiko terjadinya IBD dan kanker 
  • Morbiditas berhubungan dengan nyeri abdomen dan modifikasi livestyle sehubungan denagn perubahan bowel habit
Ras
  • populasi Asia dan Afrika lebih rendah daripada orang Amerika dan eropa.

Sex
  • Dinegara-negara barat wanita 2-3 kali lebih mudah terkena IBS dibandingkan pria.
Usia
  • Biasanya pasien memiliki riwayat nyeri perut dan perubahan bowel habit pada saat masa anak-anak.
  • Kurang lebih 50% orang dnegan IBS mengalami gejala sebelum usia 35 tahun.
  • Gejala yang muncul pada usi 40 tahun tidak menyingkirkan diagnnosa IBS namun kelaiann organic sebagaiu underlying diseses harus ditemukan.
Klinik
  • Riwayat meticulus merupakan kunci diagnosis. Gejala yang sesuai dengan IBS adalah sebgai berikut:
  •  Perubahan bowel habit
      • Konstipasi: keluhan BAB keras, kecil-kecil, nyeri atau defekasi yang tidak teratur dan dengan pemberian laxan gejala tidak berkurang
      • Diare: biasanya ditandai denagn volume yang sedikit dan defekasi yangsering an tidak dapat ditahan.
      • bAB setelah makan
      • perubahan kebiasaan sering terjadi. Gela yang dominan berbeda-beda dari setiap pasien
  •  Abdominal pain
  • Nyeri dirasakan diffuse tanpa penjalaran. Lokasinya biasanya pada abdomen bagian bawah terutama kuadran kiri bawah
  • Episode akut dan nyeri tajam diantara nyeri tumpul
  • Makna akan mencetuskan nyeri dan defekasi akan mengurangi nyeri
  • Nyeri diduga berasal dari timbunan gas pada daerah flexus spenicus . jika hal ini terjadi maka harus dibedakan denagn nyeri dda anterior atau nyeri perut kanan atas.
    • Abdominal distension
    • Pasien sering kali mengeluh kembung dan penuh.
    • Pasien denagn IBS akan tampak peningkatan lingkar abdomen sepanjang hari, dan dapat diperkiran
    • Mucorrhea yang jernih atau berwarna putih jika etiologinya noninflamasi
    • Gejala noncolon dan ekstraintestinal
    • Secara epidemiologi berhubungan dengan dispepsia, heart burn, mual, muntah dan disfungsi seksual (termasuk dispareunia dan penurunan libido), dan peninhkatan frekuensi BAK dan urgency.
    • Gejala memburuk pada saat menstruasi
    • Fibromyalgia
    • Gejala yang tidak tetap harus diwaspadai karena kemungkinan terdapat kelainan organik. Gejala yang tidak berhubungan berkaitan denagn IBS adalah sebagai berikut:
    • Onset terjadi pada usia pertengahan atau lebih tua
    • Gejala yang akut: IBS merupakan sindroma yang bersifat kronik
    • Gejalanya progressif
    • Nocturnal symptom
    • Anorexia atau penurunan berat badan
    • Demam
    • Perdarahan perrectal
    • Diare degan nyeri perut
    • Steatorrhea
    • Lactose intolerance
    • Gluten intolerance
    • Gejala yang berhubungan dengan sterss psikologik:
    • Gejala ini akan tampak denag pertanyaan yang terliti
    • Tekankan untuk menghindari faktor pencetus stres
Pemeriksaan Fisik
  • Pasien tampak sehat
  • Pasien kemungkinan tampak tegang dan cemas
  • Pasien mungkin datang dengan nyeri daerah sigmoid atao cord sigmoid dapat teraba
Penyebab: sedikit diketahui
  • Dalil etiologi
    • Transit abnormal dan perubahan motilitas
    • Sensitisasi histamin dari neuron afferent menyebabkan depolarisasi dini
  • Penyebab yang berhubungan dengan infeksi enterik
  • Hiperaktifitas dari otot colon dan operubahan neuronal serta perubahan imun colon dan usus halus setelah gastroenteritis
  • Faktor psikologis berperan pada pasien denagn IBS yang terjadi postinfeksi
  • Penyakit psikologis akan menyebabkan proinflamasi dari sitokin, hal ini menunjukkan mekanisme IBS setelah infeksi akut r=tidak dapat dijelaskan
  • Mekanisme neurohormonal central
  • Aktivasi glutamat melalui resptor NMDA akan mengaktivasi sintesis nitric oxide, mengaktifkan resepton neurokin dan menginduksi calcitonin gene releted peptide.
  • Sisitem limbic dalam menyeimbangkan antara respon emosi dan otonomik akan meningkatkan motilitas bowel dan menurunkan motilitas gaster. Pada pasien IBS kerja sisitem limbic dalam pengaturan ini terjadi secara berlebihan.
  • Axis hipotalamus-hipofise kemungkinan ikut terlibat. Gangguan motilitas dapat disamakan denagn penongkatan produksi CRF oleh hipotalamus sebagai respon terhadap stress. Antagonis CRF akan menurunkan perubahan ini.
Diffrential diagnosa
    • Bacterial overgrowt syndrome
    • Kolic biliar
    • Celiac sprue
    • Cronic mesenteric ischemia
    • Colon cancer, adenocarsinoma
    • Diverticulitis
    • Hypercalcemia
    • Hyperthiroidism
    • Hipothiroidism
    • Infammatory bowel disease
    • Lactose intolerance
    • Cronic pankreatitis
    • Peptic ulcer diease
    • acute intermitten Porporia
Pemeriksaan penunjang
  • Lab
    • Hematologi: CBC, Hemoccult
    • Microbiologic: telur dan parasit, bakteri enteric pathogen, leokosit, toxin clostridium difficile
    • Tes lainnya: tes toleransi laktosa atau tes hydrogen breath, tes fungsi tiroid, serum calsium, LED atau C-reactive protein, serologi atau bowel biuopsi.
    • H2 breath tes untuk menyingkirkan overgrowth bakteri harus dsipertimbangkan pad apasien dengan keluhan utana diare.
  • Imaging
  • Upper GI barium
  • Double contras barium enema
  • Gallbladder USG
  • Abdominal Ct scan
  • Other test
  • Diet bebas laktosa selama i minggu.
  • Puasa 48 jam
  • Anal manometry
  • Endoscopy
  • Endoskopi langsung
  • Esophagogastrodoudenoscopy dengan biopsi
  • Colonoscoipy
Penatalaksanana
    • Medical care
    • Konsultasi
    • Diet:
      • Suplemen serat akan meningkatkan gejala konstopasi dan diare. Terapi bersifat individual karena beberapa pasien menunjukkan kembung dan distensi abdomen yang tiba tiba denagn asupan serat yang tinggi
      • Dat menunjukkan gejala berkurang dengan pemberian plecebo
      • Intake air yang seimbang untuk pasien denagn gejala utam konstipasi sangat dianjurkan
      • Hindari cafeein
      • Hgindari legume
    • Pengobatan
  • Antikoliinergik
  • Antidiaree
  • Tricyclic antidepresant
  • Prokinetik
  • Serotonin reseptor antagonis
  • Bulk-forming laxative
 
Copyright Cangkrukan NengRat_an © 2010 - All right reserved - Using Blueceria Blogspot Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.| ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free