Hanembah Maring Gusti Allah

++++ Generasi Muda Untuk Bangsa ++++ Selamatkan Generasi Muda dari NARKOBA ++++

GURUKU SEORANG TUKANG BECAK

Aku menunggu istri dan anakkku yang sedang melaksanakan sholat Idul Fitri 1428 H bersama dengan warga Muhamadiyah. Aku sendiri duduk di luar Stadion, berkumpul dengan para Polisi yang sedang bersiaga mengamankan jemaah Muhamadiyah yang akan melaksanakan Sholat Idul Fitri tersebut.

Ketika sholat dan khotbah selesai dilakukan, berduyun-duyun jemaah berjalan keluar dari Lapangan. Mataku tertuju pada seorang tua yang agak kurus, dengan sarung dan kopiah hitam. Wajahnya tampak teduh dan putih, dahinya seekan-akan bercahaya lalu menuju ke becak. Lalu Bapak tua itu melepas sarung dan kopiah hitamnya dan kembali bercelana pendek, dan mengayuh becaknya dan lalu berhenti didepan pintu gerbang. 

Ternyata di pintu gerbang sudah menunggu, dua wanita, yang seorang sudah tua seumur dengannya dan yang satunya masih muda. Dari raut wajah ketahuan bahwa yang muda itu adalah anaknya sedangkan yang tua itu adalah istrinya Ternyata mereka bertiga pergi jamaah sholat Idul Fitri dengan naik becak, sedangkan yang lainnya banyak yang naik mobil mewah.

Ketika ku perhatikan lagi, ada sesuatu yang lain dari Pak Tua itu, wajah yang teduh, dengan senyum yang selalu mengembang, membuat hatiku tergetar. Ya Allah, Engkau telah memberikan sedemikian banyaknya nikmat kepadaku, dibandingkan Pak Tua itu, tetapi kenapa aku masih belum bisa bersyukur kepada-Mu.

Kubandingkan diriku dengan Pak Tua itu, Pak Tua yang sudah tua berumur 60 tahuan, sedangkan aku masih muda berumur 37 tahun, tetapi di dalam dada ini masih bersemayam kesombongan-kesombongan, emosi, ego dan harga diri. Sedangkan Pak Tua itu, meskipun sudah mulai uzur tapi masih dengan semangat pergi Sholat Idul Fitri dengan pakaian yang sederhana dan hanya dengan naik becak tua bersama dengan istri dan anaknya.

Aku masih ingat kata-kata Pak Tua itu ketika akan pulang, “Monggo Mas, kulo wangsul riyin, ngaturaken sugeng riyadi, lahir batin Mas”, (Mari Mas, saya pulang dulu. Selamat lebaran, minta maaf lahir dan batin), sambil mengulurkan tangannya. Aku tidak kenal dengan dia, tapi ketika dia pulang dengan mengayuh becak masih sempat mengucapkan pamit kepadaku yang kebetulan duduk didekat becaknya. Pak Tua itu segera mengayuh becaknya, dengan damainya dan sesekali menyapa jemaah yang berpasan dengannya, dan mataku pun mengikuti becaknya sampai becaknya berbelok dan tidak kelihatan lagi.

Terima kasih Ya Allah, Engkau telah mengutus makhluk-Mu untuk mengajar diriku, Engkau telah membuka mataku melalui Pak Tua, tukang becak itu. Pak Tua itu telah mengajariku untuk selalu senyum, rendah hati dan sabar.
 
Copyright Cangkrukan NengRat_an © 2010 - All right reserved - Using Blueceria Blogspot Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.| ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free