Buerger Disease (Tromboangitis Obliterans)
Posted by
widodosarono
Labels:
Bedah
Pendahuluan
Penyakit
 Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh 
darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di 
Negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, 
kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, 
panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada 
pembuluh darah.
Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet”. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan
 penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih 
memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai “presenile spontaneous gangrene”.
Hampir
 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis 
Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia
 dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, 
India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.
Prevalensi
 penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh dekade
 terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan 
juga dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, 
prevalensi penyakit ini di Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 
ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi pada penyakit ini 
diperkirakan mencapai 12,6 – 20% kasus per 100.000 populasi.
Kematian
 yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien
 penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan 
satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada 
bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, 
sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan 
penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International 
Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan 
total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, 
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih 
dan hitam adalah 8:1.
Anatomi Pembuluh Darah
Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena, dan kapiler. 
1. Arteri
Arteri
 membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh 
melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 
0,1 mm, dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan anastomosis. Pada arteri tidak terdapat katup.
End
 arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya
 tidak mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang arteri yang 
memperdarahi daerah yang berdekatan. End arteri fusngsional adalah 
pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya mengadakan anastomosis 
dengan cabang-cabang terminal arteri yang berdekatan, tetapi besarnya 
anastomosis tidak cukup untuk mempertahankan jaringan tetap hidup bila 
salah satu arteri tersumbat.
2. Vena
Vena
 adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantng; banyak 
vena mempunyai kutub. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang 
lebih kecil atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih 
besar, yang seringkali bersatu satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang sering diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan dinamakan venae cominantes.
3. Kapiler
Kapiler
 adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang menghubungkan 
arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama pada 
ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri 
dan vena tanpa diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini dinamakan
 anastomosis arteriovenosa.
Histologi Struktur Pembuluh Darah secara umum 
Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothel.
Tunica media.
 Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut juga 
lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and
 jaringan elastic.
Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat.
Definisi
Penyakit
 Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit oklusi 
kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang. 
Terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan 
superior. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental
 pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.
Penyakit
 Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya 
obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami 
konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan 
bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan.
Etiologi
Penyebabnya
 tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada 
hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini 
umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, 
kadang pada usia sekolah . Penghentian kebiasaan merokok memberikan 
perbaikan pada penyakit ini.
Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan
 maupun dampak dari tembakau berperan penting dalam mengawali serta 
berkembangnya penyakit tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune 
lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi 
genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar 
peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang 
dimediasi sistem imun.
Patogenesis
Mekanisme
 penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa 
penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang
 mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar 
thrombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas 
pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel 
yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum 
titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat 
vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan 
prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien 
ini, yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat
 iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi 
perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, 
(b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi 
destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi 
kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis perineural
 dan perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung 
jari.
Manifestasi klinis
Gambaran
 klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan oleh iskemia. 
Gejala yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam 
tingkatnya. Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena 
nyeri terjadi justru waktu istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu 
malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang bila ekstremitas dalam 
keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal dan 
sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lebih 
lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan
 menetap.
Manifestasi
 terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki 
yang patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan 
cermin penyakit oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau
 tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik timbul progresif dan bisa 
mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari yang 
terkena bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila bergantung. 
Sering terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit
 kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal yang bisa berlanjut 
menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.
Tanda
 dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada 
tungkai dan penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal :
 jari, tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). 
Ulkus dan gangren pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger (gambar 4). Sakit mungkin sangat terasa pada daerah yang terkena.
Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang nyata. Pada
 mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada 
fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran 
pucat-sianosis-kemerahan bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan
 penyakit Raynaud, serangan iskemia disini biasanya unilateral. Pada 
perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang 
rendah atau hilang merupakan tanda fisik yang penting.
Tromboflebitis
 migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum 
tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase akut menunjukkan kulit 
kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang mengeras 
sepanjang beberapa milimeter sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan 
ini sering muncul di beberapa tempat pada ekstremitas tersebut dan 
berlangsung selama beberapa minggu. Setelah itu tampak bekas yang 
berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif, 
maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis obliterans.
Gejala
 klinis Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan 
gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan 
udem dan dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas 
tegas yaitu pada ujung jari kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur 
bila ada infeksi sekunder mulai dari kemerahan sampai ke tanda 
selulitis.
Gambar
 5 merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah terjadi 
gangren. Kondisi ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat 
dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut.
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari demi jari. Datangnya
 serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat 
diramalkan. Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, 
mungkin keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah sekali karena 
tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis
 pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi 
penyakit ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat 
dijadikan kriteria diagnosis walaupun kriteria tersebut kadang-kadang 
berbeda antara penulis yang satu dengan yang lainnya. 
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit Buerger :
1. Adanya tanda insufisiensi arteri
2. Umumnya pria dewasa muda
3. Perokok berat
4. Adanya gangren yang sukar sembuh
5. Riwayat tromboflebitis yang berpindah
6. Tidak ada tanda arterosklerosis di tempat lain
7. Yang terkena biasanya ekstremitas bawah
8. Diagnosis pasti dengan patologi anatomi
Sebagian
 besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami nyeri 
iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, 
kaki atau jari-jari kaki.
Penyakit Buerger’s juga harus dicurigai pada penderita dengan satu atau lebih tanda klinis berikut ini :
a. Jari iskemik yang nyeri pada ekstremitas atas dan bawah pada laki-laki dewasa muda dengan riwayat merokok yang berat.
b. Klaudikasi kaki
c. Tromboflebitis superfisialis berulang
d. Sindrom Raynaud
Diagnosis Banding
Penyakit
 Buerger harus dibedakan dari penyakit oklusi arteri kronik 
aterosklerotik. Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas. 
Penyakit oklusi aterosklerotik diabetes timbul dalam distribusi yang 
sama seperti Tromboangitis Obliterans, tetapi neuropati penyerta 
biasanya menghalangi perkembangan klaudikasi kaki.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak
 terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis 
penyakit Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase
 akut (seperti angka sedimen eritrosit dan level protein C reaktif) 
pasien penyakit Buerger adalah normal.
Pengujian
 yang direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya vaskulitis
 termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah lengkap; uji fungsi hati;
 determinasi konsentrasi serum kreatinin, peningkatan kadar gula darah 
dan angka sedimen, pengujian antibody antinuclear, faktor rematoid, 
tanda-tanda serologi pada CREST (calcinosis cutis, Raynaud phenomenon, 
sklerodaktili and telangiektasis) sindrom dan scleroderma dan screening 
untuk hiperkoagulasi, screening ini meliputi pemeriksaan antibodi 
antifosfolipid dan homocystein pada pasien buerger sangat dianjurkan.
Angiogram
 pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam mendiagnosis 
penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran “corkscrew”
 dari arteri yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil 
arteri tersebut pada bagian pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga
 dapat menunjukkan oklusi (hambatan) atau stenosis (kekakuan) pada 
berbagai daerah dari tangan dan kaki.
Penurunan
 aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram. Keadaan
 ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.
Meskipun
 iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus 
terjadi pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak 
menyebar ke organ lainnya , tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya. 
Saat terjadi ulkus dan gangren pada jari, organ lain sperti paru-paru, 
ginjal, otak, dan traktus gastrointestinal tidak terpengaruh. Penyebab 
hal ini terjadi belum diketahui.
Pemeriksaan
 dengan Doppler dapat juga membantu dalam mendiagnosis penyakit ini, 
yaitu dengan mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah.
Pada
 pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi pembuluh 
darah oleh trombus yang mengandung PMN dan mikroabses; penebalan dinding
 pembuluh darah secara difus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan 
infiltrasi limfosit dengan rekanalisasi.
Metode
 penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan 
Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis banding 
dari penyakit Buerger masih belum dapat menjadi acuan utama. Pada pasien
 dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test 
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan 
kaki.
Terapi
Terapi
 medis penderita penyakit Buerger harus dimulai dengan usaha intensif 
untuk meyakinkan pasien untuk berhenti merokok. Jika pasien berhasil 
berhenti merokok, maka penyakit ini akan berhenti pada bagian yang 
terkena sewaktu terapi diberikan. Sayangnya, kebanyakan pasien tidak 
mampu berhenti merokok dan selalu ada progresivitas penyakit. Untuk 
pembuluh darahnya dapat dilakukan dilatasi (pelebaran) dengan obat 
vasodilator, misalnya Ronitol yang diberikan seumur hidup. Perawatan 
luka lokal, meliputi mengompres jari yang terkena dan menggunakan enzim 
proteolitik bisa bermanfaat. Antibiotic diindikasikan untuk infeksi 
sekunder.
Terapi
 bedah untuk penderita buerger meliputi debridement konservatif jaringan
 nekrotik atau gangrenosa , amputasi konservatif dengan perlindungan 
panjang maksimum bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang 
simpatektomi lumbalis bagi telapak tangan atau simpatetomi jari walaupun
 kadang jarang bermanfat.
Revaskularisasi
 arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai terjadi 
penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung 
(bypass) pada arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial 
karena angka kegagalan pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika 
pasien memiliki bebrapa iskemik pada pembuluh darah distal, bedah bypass
 dengan pengunaan vena autolog sebaiknya dipertimbangkan.
Simpatektomi
 dapat dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien penyakit 
Buerger. Melalui simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah 
tertentu dan penyembuhan luka ulkus pada pasien penyakit buerger 
tersebut, tetapi untuk jangka waktu yang lama keuntungannya belum dapat 
dipastikan.
Simpatektomi
 lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling sedikit 3 buah ganglion 
simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek vasokonstriksi akan 
dihilangkan dan pembuluh darah yang masih elastis akan melebar sehingga 
kaki atau tangan dirasakan lebih hangat.
Terapi
 bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada pasien yang 
terus mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai tanpa penyembuhan 
ulcers, gangrene yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta 
simpatektomi dan penanganan lainnya gagal. Hidarilah amputasi jika 
memungkinkan, tetapi, jika dibutuhkan, lakukanlah operasi dengan cara 
menyelamatkan tungkai kaki sebanyak mungkin.
Beberapa usaha berikut sangat penting untuk mencegah komplikasi dari penyakit buerger:
- Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma kaki dan panas atau juga luka karena kimia lainnya.
- Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk menghindari infeksi
- Menghindar dari lingkungan yang dingin
- Menghindari obat yang dapat memicu vasokontriksi
Prognosis
Pada
 pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami 
amputasi; apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi 
gangrene, angka kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat 
berbeda sekali dengan pasien yang tetap merokok, sekitar 43% dari mereka
 berpeluang harus diamputasi selama periode waktu 7 sampai 8 tahun 
kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan multiple amputasi. Pada 
pasien ini selain umumnya dibutuhkan amputasi tungkai, pasien juga terus
 merasakan klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau fenomena raynaud’s
 walaupun sudah benar-benar berhenti mengkonsumi tembakau.