Hal ini menurut peneliti, berdampak negatif karena menurunkan tingkat kepercayaan seseorang kepada orang lain. Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan, dampak negatif yang ditimbulkan pada aktivitas jejaring sosial, adalah ketika remaja dan anak-anak kecanduan dan tidak mengenal waktu.
Dampak Negatif Sosial Media
Posted by
widodosarono
Labels:
Kontroversi
,
Sebaiknya anda tahu
Beberapa kutipan tentang dampak negatif Sosial Media
Diungkapkan
oleh ahli psikologi dari Leeds University,
orang-orang yang kecanduan internet menggantikan kehidupan sosialnya dengan
pergaulan diruang chatting dan situs jejaring social.
“Riset
yang kami lakukan menguatkan spekulasi yang selama ini berkembang bahwa
situs internet menggantikan pergaulan sosial di kehidupan nyata. Hal
ini berhubungan dengan penyimpangan psikologis seperti depresi dan
kecanduan,”ungkap Catriona Morrison, seorang peneliti di Inggris.“Kecanduan
internet dapat berdampak serius bagi kesehatan mental,” tambah Morrison.
Kesimpulan
ini diperoleh dari riset yang dilakukan terhadap 1.319 orang di Inggris yang
berusia 16-51 tahun. Dari responden yang diteliti, mereka yang mengalami
kecanduan internet pemiliki tingkat depresi yang lebih tinggi daripada responden
yang mengakses internet secara normal.
Sebuah
penelitian terbaru dari Aryn Karpinski, peneliti dari Ohio State University,
menunjukkan bahwa para mahasiswa pengguna aktif jejaring sosial seperti
facebook ternyata mempunyai nilai yang lebih rendah daripada para mahasiswa
yang tidak menggunakan situs jejaring sosial facebook. Dari 219 mahasiswa yang
diriset oleh Karpinski, 148 mahasiswa pengguna situs facebook ternyata memiliki
nilai yang lebih rendah daripada mahasiswa non pengguna.
Menurut
Karpinski, memang tidak ada korelasi secara langsung antara jejaring sosial
seperti facebook yang menyebabkan nilai para mahasiswa atau pelajar menjadi
jeblok. Namun diduga jejaring sosial telah menyebabkan waktu belajar para siswa
atau mahasiswa tersita oleh keasyikan berselancar di situs jejaring sosial
tersebut. Para pengguna jejaring sosial mengakui waktu
belajar mereka memang telah tersita. Rata-rata para siswa pengguna jejaring
sosial kehilangan waktu antara 1 – 5 jam sampai 11 – 15 jam waktu belajarnya
per minggu untuk bermain jejaring sosial di internet.
Dalam
sebuah penelitian dinyatakan, media sosial berhubungan dengan kepribadian introvert.
[3. Setyastuti, Yuanita. 2012. Aprehensi Komunikasi
Berdasarkan Konteks Komunikasi dan Tipe Kepribadian Ekstrovert – Introvert
. Jurnal Komunikator. Volume 4, Nomor 2, Bulan November 2012] Semakin introvert
seseorang maka dia akan semakin aktif di media sosial sebagai pelampiasan
Manusia
sebagai aktor yang kreatif mampu menciptakan berbagai hal, salah satunya adalah
ruang interaksi dunia maya. Setiap individu mampu menampilkan karakter diri
yang berbeda ketika berada di dunia maya dengan dunia nyata. Hal ini dalam
sosiologi disebut dengan istilah dramaturgi atau presentasi diri (The
Presentation of Self ) untuk menjelaskan bagaimana seseorang menampilkan
diri pada lingkungan atau panggung tertentu. [5. Rachmah, Amy Julia.
2012. Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Sebagai Media Pembelajaran. EJPTI
(Jurnal Elektronik Pendidikan Teknik Informatika) Volume 1, Nomor 3, Bulan
November 2012]
Hasil penelitian
yang ditafsirkan oleh Salesforce Rypple melalui infografik dengan Panaboard
menjelaskan, bahwa hanya satu dari lima remaja dan satu dari 20 orang dewasa
yang mengatakan Twitter dan Facebook berpengaruh tidak baik terhadap mereka.
Sementara dua pertiga dari semua responden mengatakan bahwa jejaring
sosial membuat mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri saat
menggunakannya.
Lebih lanjut
penelitian ini mengemukakan bahwa sebagian besar yang paling terkena dampak
dari berbagai hal negatif yang terjadi di media sosial ini adalah remaja.
Seperempat dari remaja mendapat masalah di sekolah karena apa yang mereka tulis
di situs media sosial, berbanding 3% yang didapati oleh orang dewasa di tempat
kerjanya. Sebanyak 13% remaja juga terlibat pertengkaran dengan anggota
keluarganya karena media sosial ini, dibanding 11% kasus yang terjadi pada
orang dewasa. Sementara kasus terputusnya hubungan pertemanan di kalangan
remaja yang ditimbulkan karena menggunakan media sosial adalah sebesar 22%
berbanding 15% di kalangan dewasa.
Dua ilmuwan Eropa
melakukan penelitian mengenai dampak negatif yang ditimbulkan jejaring sosial
di dunia maya. Penelitian itu menyurvei sekitar 50 ribu orang di seluruh Italia
selama kurun waktu dua tahun.
Dua ilmuwan itu
adalah Fabio Sabatini dari Sapienza University of Rome di Italia dan Francesco
Sarracino dari Statec di Luxembourg.
Mereka menyimpulkan interaksi yang dilakukan secara langsung (face to face)
dapat lebih meningkatkan tingkat kepercayaan kepada seseorang. Rasa percaya yang
timbul, pada akhirnya memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan seseorang.
Sementara, dengan media online, interaksi tergantikan dengan komunikasi
digital.
Hal ini menurut peneliti, berdampak negatif karena menurunkan tingkat kepercayaan seseorang kepada orang lain. Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan, dampak negatif yang ditimbulkan pada aktivitas jejaring sosial, adalah ketika remaja dan anak-anak kecanduan dan tidak mengenal waktu.
Hal ini menurut peneliti, berdampak negatif karena menurunkan tingkat kepercayaan seseorang kepada orang lain. Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan, dampak negatif yang ditimbulkan pada aktivitas jejaring sosial, adalah ketika remaja dan anak-anak kecanduan dan tidak mengenal waktu.
“Mereka selalu
update terhadap situs jejaring sosial yang mereka miliki,” kata pria yang akrab
disapa Semmy ini kepada Harian Terbit di Jakarta.
Ia menuturkan, hal
tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang belakangan ini marak kasus
penculikan terhadap gadis remaja setelah berkenalan lewat jejaring sosial.
“Coba lihat, ada
juga yang melarikan diri atau kabur dari rumah setelah berkomunikasi dengan
teman jejaring sosialnya,” imbuhnya.
Semmy menambahkan,
dampak negatif situs jejaring sosial lainnya muncul pada perubahan sikap yang
ditunjukan setelah remaja tersebut kecanduan.
“Perilaku malas
timbul karena terlalu asyik dengan jejaring sosial, mereka juga lupa akan
kewajiban sebagai pelajar,” tuturnya
Selain itu, mereka
juga akan cenderung lebih egois dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
“Waktu yang mereka miliki dihabiskan untuk internet,” tandasnya.
Pengamat teknologi
informasi, Heru Sutadi, menambahkan, tingkat pemahaman bahasa juga menjadi
terganggu. “Komunikasi di dunia nyata berkurang. Selain itu bahasa tubuh dan
nada suara, menjadi berkurang pula. Tak ada empati terhadap dunia nyata,” kata
Heru.