Poli Nasi
Posted by
widodosarono
Labels:
THT
Polip nasi ialah massa lunak yang bertangkai di dalam
rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin,
berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung banyak
cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel,
unilateral atau bilateral. Polip dapat timbul pada penderita laki-laki
maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip
pada anak di bawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan
meningokel atau meningoensefalokel.
Dulu
diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi
atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak mendukung
teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip
nasi masih belum diketahui dengan pasti.
Histopatologi polip nasi
Secara
makroskopik polip merupakan massa dengan permukaan licin, berbentuk
bulat atau lonjong, berwarna pucat keabu-abuan, lobular, dapat tunggal
atau multipel dan tidak sensitif (bila ditekan/ditusuk tidak terasa
sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan oleh sedikitnya
aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau proses
peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip
yang sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena
banyak mengandung jaringan ikat.
Tempat asal
tumbuhnya polip terutama dari tempat yang sempit di bagian atas hidung,
di bagian lateral konka media dan sekitar muara sinus maksila dan sinus
etmoid. Di tempat-tempat ini mukosa hidung saling berdekatan. Bila ada
fasilitas pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip
dapat dilihat. Dari penelitian Stammberger didapati 80% polip nasi berasal dari celah antara prosesus unsinatus, konka media dan infundibulum.
Ada
polip yang tumbuh ke arah belakang dan membesar di nasofaring, disebut
polip koana. Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan
disebut juga polip antro-koana. Menurut Stammberger polip antrokoana
biasanya berasal dari kista yang terdapat pada dinding sinus maksila.
Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari sinus etmoid
posterior atau resesus sfenoetmoid.
Diagnosis Polip Nasi
Anamnesis
Keluhan
utama penderita polip nasi ialah hidung rasa tersumbat dari yang ringan
sampai berat, rinore mulai yang jernih sampai purulen, hiposmia atau
anosmia. Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai
sakit kepala di daerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin
didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala sekunder yang
dapat timbul ialah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis,
gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Selain itu harus
ditanyakan riwayat rintis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan
alergi obat lainnya serta alergi makanan.
Pemeriksaan Fisik
Polip
nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga
hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan
rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang
berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.
Untuk kepentingan penelitian agar hasil pemeriksaan dan pengobatan dapat dilaporkan dengan standar yang sama, Mackay dan Lund pada tahun 1997 membuat pembagian stadium polip sebagai berikut :
Stadium 0 : tidak ada polip,
Stadium 1 : polip masih terbatas di meatus medius,
Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung,
Stadium 3: polip yang masif.
Naso-endoskopi
Adanya
fasilitas endoskop (teleskop) akan sangat membantu diagnosis kasus
polip yang baru. Polip stadium 2 kadang-kadang tidak terlihat pada
pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan
nasoendoskopi.
Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.
Pemeriksaan Radiologi
Foto
polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam
sinus, tetapi sebenarnya kurang bermafaat pada kasus polip nasi karena
dapat memberikan kesan positif palsu atau negatif palsu, dan tidak dapat
memberikan informasi mengenai keadaan dinding lateral hidung dan
variasi anatomis di daerah kompleks ostio-meatal. Pemeriksaan tomografi
komputer (TK, CT scan) sangat bermanfaat untuk melihat dengan
jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang,
kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks ostiomeatal. TK
terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati dengan terapi
medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan
tindakan bedah terutama bedah endoskopi. Biasanya untuk tujuan penapisan dipakai potongan koronal, sedangkan pada polip yang rekuren diperlukan juga potongan aksial.
Penatalaksanaan
Tujuan
utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan
keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien. Selain itu juga diusahakan
agar frekuensi infeksi berkurang, mengurangi/menghilangkan keluhan
pernapasan pada pasien yang disertai asma, mencegah komplikasi dan
mencegah rekurensi polip.
Pemberian
kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi
medikamentosa. Untuk polip stadium 1 dan 2, sebaiknya diberikan
kortikosteroid intranasal selama 4-6 minggu. Bila reaksinya baik,
pengobatan ini diteruskan sampai polip atau gejalanya hilang. Bila
reaksinya terbatas atau tidak ada perbaikan maka diberikan juga
kortikosteroid sistemik. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid
intranasal mungkin harganya mahal dan tidak terjangkau oleh sebagian
pasien, sehingga dalam keadaan demikian langsung diberikan
kortikosteroid oral. Dosis kortikosteroid saat ini belum ada ketentuan
yang baku, pemberian masih secara empirik misalnya diberikan Prednison
30 mg per hari selama seminggu dilanjutkan dengan 15 mg per hari selama
seminggu.Menurut van Camp dan Clement dikutip dari Mygind dan, Lidholdt
untuk polip dapat diberikan prednisolon dengan dosis total 570 mg yang
dibagi dalam beberapa dosis, yaitu 60 mg/hari selama 4 hari, kemudian
dilakukan tapering off 5 mg per hari. Menurut Naclerio pemberian
kortikosteroid tidak boleh lebih dari 4 kali dalam setahun. Pemberian
suntikan kortikosteroid intrapolip sekarang tidak dianjurkan lagi
mengingat bahayanya dapat menyebabkan kebutaan akibat emboli. Kalau ada
tanda-tanda infeksi harus diberikan juga antibiotik. Pemberian
antibiotik pada kasus polip dengan sinusitis sekurang-kurangnya selama
10-14 hari.
Kasus polip yang tidak membaik
dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat masif dipertimbangkan
untuk terapi bedah. Terapi bedah yang dipilih tergantung dari luasnya
penyakit (besarnya polip dan adanya sinusitis yang menyertainya),
fasilitas alat yang tersedia dan kemampuan dokter yang menangani.
Macamnya operasi mulai dari polipektomi intranasal menggunakan jerat (snare) kawat
dan/ polipektomi intranasal dengan cunam (forseps) yang dapat dilakukan
di ruang tindakan unit rawat jalan dengan analgesi lokal; etmoidektomi
intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid; operasi
Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia
fasilitas endoskop maka dapat dilakukan tindakan endoskopi untuk
polipektomi saja, atau disertai unsinektomi atau lebih luas lagi
disertai pengangkatan bula etmoid sampai Bedah Sinus Endoskopik
Fungsional lengkap.27-28,31 Alat mutakhir untuk membantu operasi polipektomi endoskopik ialah microdebrider (powered instrument)
yaitu alat yang dapat menghancurkan dan mengisap jaringan polip
sehingga operasi dapat berlangsung cepat dengan trauma yang minimal.27
Untuk
persiapan prabedah, sebaiknya lebih dulu diberikan antibiotik dan
kortikosteroid untuk meredakan inflamasi sehingga pembengkakan dan
perdarahan berkurang, dengan demikian lapang-pandang operasi lebih baik
dan kemungkinan trauma dapat dihindari.
Pasca
bedah perlu kontrol yang baik dan teratur mengunakan endoskop, dan telah
terbukti bahwa pemberian kortikosteroid intranasal dapat menurunkan
kekambuhan.