Peringatan tentang efek samping dirancang untuk menginformasikan dokter dan konsumen mengenai potensi bahaya, namun pertambahan daftar ini ditengarai hanyalah kekhawatiran tentang masalah legal ketimbang concern aktual terhadap kesehatan pasien. Informasi tentang efek samping ini, harus disajikan secara lebih efisien.

Analisa terhadap lebih dari 5.600 label obat dan 500.000 efek samping menemukan bahwa pada label obat resep memasukkan rata-rata 70 adverse reactions potensial yang berbeda. Angka tersebut bahkan melonjak menjadi 100 efek samping untuk beberapa obat yang biasa diresepkan. Beberapa obat 'deret atas' bahkan memiliki daftar hingga 525 reaksi.
Duke menekankan bahwa besarnya jumlah daftar efek samping justru membuat dokter 'overload' yang seharusnya menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan terhadap medikasi pasien.
Pada studi yang dipublikasikan di edisi Mei Archives of Internal Medicine, peneliti memisahkan daftar tipe obat resep yang paling banyak memiliki jumlah efek samping pada label. Obat-obatan ini antara lain antidepresan, obat-obatan antiviral, dan terapi penyakit Parkinson.
Dengan jumlah informasi yang cukup banyak pada label obat, Duke berargumentasi bahwa data tersebut dapat berguna jika disajikan secara layak.
"Dengan teknologi saat ini, label obat dapat diubah dari dokumen yang panjang ke dalam bentuk yang lebih dinamis dan dapat menyampaikan informasi. Beberapa label dapat memberikan masukan penting terhadap kondisi medis pasien secara individu dan menyorot efek samping yang berbahaya," ujarnya.