Berdasarkan data dari uji klinis, Zytiga disetujui penggunaannya oleh FDA bulan April. Obat tersebut bekerja dengan cara menghambat produksi hormon testesteron, yang memicu pertumbuhna sel kanker.

Pria yang menggunakan obat ini memiliki survival rata-rata 14,8 bulan, dibandingkan 10,9 bulan pada pengguna plasebo.
Penelitian mengikutsertakan 1.195 pria dengan kanker prostat yang tidak berespon terhadap terapi hormon dan juga gagal pada kemoterapi awal. Tim peneliti yang berasal daro 147 rumah sakit secara acak memberikan subjek penelitian Zytiga plus prednisolone atau plasebo.
Kombinasi obat dengan baik ditoleransi pasien bahkan lebih sedikit efek back pain, fatigue, dan kompresi spinal dibandingkan dengan plasebo. Efek samping yang umum pada mereka yang menggunakan Zytiga dan prednisone adalah tingkat sel darah putih yang lebih rendah, retensi cairan, tingkat potassium yang rendah, tes fungsi liver abnornal, tekanan darah tinggi, dan masalah jantung.
"Studi ini menunjukkan kita bahwa ada bentuk terapi hormon, abiraterone, yang bekerja pada pasien yang telah menjalani terapi hormon standar dan kemoterapi," ujar ahli kanker prostat Dr. Anthony D'Amico, Kepala Onkologi Radiasi Genitourinary dari Brigham and Women's Hospital di Boston. Obat ini, menurutnya, akan memberikan kesempatan kepada pasien dengan penyakit tahap akhir untuk memperpanjang survival yang tidak dimiliki sebelumnya.