Pembesaran Kelenjar Tiroid ( Struma )
Posted by
widodosarono
Labels:
Bedah
Definisi
Struma
adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet
iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya
pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon
yang dihasilkan.
Penyebab
Adanya
struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran
sel-selnya bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan
sekitarnya yang bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru.
Yang mendasari proses itu ada 4 hal utama.
1. Gangguan
perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi cairan) atau
jaringan tiroid yang tumbuh di dasar lidah (misalnya pada kista
tiroglosus atau tiroid lingual).
2. Proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit tiroiditis Hashimoto.
3. Gangguan metabolik (misal, defisiensi iodium) serta hyperplasia, misalnya pada struma koloid dan struma endemik.
4. Pembesaran
yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasia meliputi adenoma –
sejenis tumor jinak – dan adenokarsinoma, suatu tumor ganas.
Klasifikasi
1. Berdasarkan fisiologisnya :
a. Eutiroid : aktivitas kelenjar tiroid normal
b. Hipotiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal
c. Hipertiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan
2. Berdasarkan klinisnya :
a. Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)
· Difusa : endemik goiter, gravida
· Nodusa : neoplasma
b. Toksik (hipertiroid)
· Difus : grave, tirotoksikosis primer
· Nodusa : tirotoksikosis skunder
3. Berdasarkan morfologinya :
a. Struma Hyperplastica Diffusa
Suatu
stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik absolut ataupun
relatif). Defisiensi iodine dengan kebutuhan excessive biasanya terjadi
selama pubertas, pertumbuhan, laktasi dan kehamilan. Karena kurang
iodine kelenjar menjadi hiperplasi untuk menghasilkan tiroksin dalam
jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan supply iodine yang
terbatas. Sehingga terdapat vesikel pucat dengan sel epitel kolumner
tinggi dan koloid pucat. Vaskularisasi kelenjar juga akan bertambah.
Jika iodine menjadi adekuat kembali (diberikan iodine atau kebutuhannya
menurun) akan terjadi perubahan di dalam struma koloides atau kelenjar
akan menjadi fase istirahat.
b. Struma Colloides Diffusa
Ini
disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan excessive
akan tiroksin oleh karena kebutuhan yang fisiologis (misal, pubertas,
laktasi, kehamilan, stress, dsb.) atau defisiensi iodine telah terbantu
melalui hiperplasi, kelenjar akan kembali normal dengan mengalami
involusi. Sebagai hasil vesikel distensi dengan koloid dan ukuran
kelenjar membesar.
c. Struma Nodular
Biasanya
terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan sequelae dari
struma colloides. Struma noduler dimungkinkan sebagai akibat kebutuhan
excessive yang lama dari tiroksin. Ada gangguan berulang dari hiperplasi
tiroid dan involusi pada masing-masing periode kehamilan, laktasi, dan
emosional (fase kebutuhan). Sehingga terdapat daerah hiperinvolusi,
daerah hiperplasi dan daerah kelenjar normal. Ada daerah nodul
hiperplasi dan juga pembentukan nodul dari jaringan tiroid yang
hiperinvolusi.
Tiap
folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk
memberikan kebutuhan akan tiroksin tubuh. Saat satu golongan sekresi,
golongan lain istirahat untuk aktif kemudian. Pada struma nodular,
kebanyakan folikel berhenti ambil bagian dalam sekresi sehingga hanya
sebagian kecil yang mengalami hiperplasi, yang lainnya mengalami
hiperinvolusi (involusi yang berlebihan/mengecil)
Diagnosis
1. Anamnesa
a. Penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher depan bagian tengah
b. Usia dan jenis kelamin : nodul tiroid timbul pd usia < 20 tahun atau > 50 tahun dan jenis kelamin laki-laki à resiko malignancy tinggi (20-70%).
c. Riwayat radiasi daerah leher & kepala pada masa anak-anak à malignancy 33-37%
d. Kecepatan tumbuh tumor. Nodul jinak membesar lama (tahunan), nodul ganas membesar dengan cepat (minggu/bulan)
e. Gangguan
menelan, sesak nafas, suara serak & nyeri (akibat penekanan/desakan
dan/atau infiltrasi tumor sebagai pertanda telah terjadi invasi ke
jaringan atau organ di sekitarnya)
f. Asal dan tempat tinggal (pegunungan/pantai)
g. Benjolan pada leher, lama, pembesaran
h. Riwayat penyakit serupa pada keluarga
i. Struma toksik :
· Kurus, irritable, keringat banyak
· Nervous
· Palpitasi
· Hipertoni simpatikus (kulit basah dingin & tremor)
j. Struma non-toksik :
· Gemuk
· Malas dan banyak tidur
· Gangguan pertumbuhan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pemeriksa
berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan kepala sedikit
fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar m.
sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor tiroid mudah dievaluasi.
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen berikut :
· Lokasi : lobus kanan, lobus kiri, ismus
· Ukuran : besar/kecil, permukaan rata/noduler
· Jumlah : uninodusa atau multinodusa
· Bentuk : apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler lokal
· Gerakan : pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut bergerak
· Pulsasi : bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan
b. Palpasi
Pasien
diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di
belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan.
Beberapa hal yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi :
· Perluasan dan tepi
· Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba trachea dan kelenjarnya.
· Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
· Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih dalam daripada musculus ini.
· Limfonodi dan jaringan sekitar
c. Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang menunjukkan adanya hipertiroid.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan kadar TSH, T3 total, Free T4, dan T4 total.
2. Radiologi
Thorax à adanya deviasi trakea, retrosternal struma, coin lesion (papiler), cloudy (folikuler).
Leher AP lateral à evaluasi jalan nafas untuk intubasi pembiusan.
3. USG
Dilakukan
untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara
klinis belum dapat dipalpasi. Di samping itu, dapat dipakai untuk
membedakan nodul yang padat atau kistik serta dapat dimanfaatkan untuk
penuntun dalam tindakan biopsy aspirasi jarum halus.
4. Scanning tiroid (pemeriksaan sidik tiroid)
Memakai uptake I131
yang didistribusikan ke tiroid untuk menentukan fungsi tiroid.
Normalnya uptake 15-40 % dalam 24 jam. Bila
uptake > normal disebut hot area, sedangkan jika
uptake < normal disebut cold area (pada neoplasma)
5. Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)
Pemeriksaan
sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara
pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis suspek maligna
ataupun benigna.
Penatalaksanaan
1. Konservatif/medikamentosa
a. Indikasi :
· Usia tua
· Pasien sangat awal
· Rekurensi pasca bedah
· Pada persiapan operasi
· Struma residif
· Pada kehamilan, misalnya pada trimester ke-3
b. Struma non toksik : iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl
c. Struma toksik :
· Bed rest
· PTU 100-200 mg (propilthiouracil)
Merupakan
obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada sintesis dan
akhir dari tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi tiroksin (T4).
Diberikan dosis 3x 100 mg/hari tiap 8 jam sampai tercapai eutiroid. Bila
menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis maintenance 2 x 5 mg/hari
selama 12-18 bulan.
· Lugol 5 – 10 tetes
Obat
ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi vaskularisasi
serta kerapuhan kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi.
Namun sekarang tidak digunakan lagi, oleh karena propanolol lebih baik
dalam mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-10
mg/hari selama 14 hari.
· Iodium (I131)
2. Radioterapi
Menggunakan
I131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan obat
anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah
pasien pada awal penyakit atau pasien dengan resiko tinggi untuk operasi
dan untuk pasien dengan hipotiroid rekuren. Radioterapi merupakan
kontraindikasi bagi wanita hamil dan anak-anak.
3. Operatif
a. Isthmulobectomy , mengangkat isthmus
b. Lobectomy, mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
c. Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat
d. Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian kiri.
e. Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra dan sebaliknya.
f. RND
(Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada
leher sisi yang bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v.
jugularis eksterna dan interna, m. sternocleidomastoideus dan m.
omohyoideus serta kelenjar ludah submandibularis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : Dari Sel ke Sistem, 2nd ed. EGC : Jakarta.
2. Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 11th ed. EGC : Jakarta.
3. Murray, Robert K., et al. 2003. Biokimia Harper, 25th ed. EGC : Jakarta.
4. Marijata. 2006. Pengantar Bedah Klinis. FK UGM : Yogyakarta.